Pusaran krisis finansial dan ekonomi akibat penerapan sistem Kapitalisme menyebabkan membengkaknya angka kemiskinan dan pengangguran serta ketimpangan sosial di tingkat dunia. Fenomena ini menunjukkan bawah kinerja sistem kapitalisme gagal mewujudkan keadilan ekonomi dan kesejahteraan sosial.
Sistem kapitalisme yang diterapkan di negara industri maju maupun di level dunia tidak hanya tidak mampu mengatasi masalah ekonomi dan sosial masyarakat dunia. Bahkan, lebih dari itu menjadi pemicu meningkatnya kesenjangan sosial karena kontradiksi dalam sistemnya sendiri.
Pandangan dunia materialisme sebagai ruh kapitalisme menyebabkan manusia modern, dengan seluruh potensinya, terhempas dari jalan kebahagiaan menuju penderitaan kemanusiaan. Aliran pemikiran materialisme yang berkembang di negara-negara Barat dan dipaksakan menjadi ruh modernisasi dewasa ini telah menjauhkan manusia dari kebahagiaan sejati, karena tidak menghantarkan manusia menuju pemahaman yang utuh terhadap realitas dunia.
Watak dasar pemikiran Barat dewasa ini hanya menggiring manusia pada pengetahuan yang berkeping-keping. Kapitalisme sebagai mazhab ekonomi mainstream justru menempatkan tujuan manusia hanya sebatas mencari kesenangan dan mengambil manfaat sebanyak-banyaknya, tidak lebih dari itu. Dengan demikian, penumpukan harta dalam sistem pemikiran Kapitalisme merupakan tujuan final manusia meski tujuan itu berujung pada penghancuran jati diri, hingga menjadikan manusia terasing dengan dirinya sendiri.
Berbeda dengan Kapitalisme, Islam memandang tujuan utama ekonomi adalah meningkatkan moralitas manusia dan membimbingnya menuju kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Dalam Islam, kepemimpinan dunia berdasarkan ajaran wahyu dan nilai-nilai religius di dunia. Sedangkan dalam sistem pemikiran lainnya, pemerintahan hanya didasarkan pada variabel material semata.
Sejatinya, kepemimpinan global yang berasaskan materialisme bertumpu pada prinsip penumpukan harta dan egoisme. Tidak mengherankan, jika produk budaya dan peradaban yang dibangunnya mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan, moralitas dan agama. Sebaliknya Islam mengemukakan pandangan yang jauh berbeda dengan materialisme. Dalam pandangan Islam, keadilan, supremasi hukum, keamanan, kesejahteraan dan pembangunan ekonomi berporos pada monoteisme dalam sistem yang teratur dan sistematis.
Menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dan memperhatikan kemuliaan manusia juga menjadi prinsip utama pemerintahan Islam. Dalam pemerintahan ideal di bawah kepemimpinan Imam Mahdi, kekuasaan dan modal diatur dan dikendalikan serta didistribusikan secara adil, hingga tidak seorangpun yang merasa terzalimi. Di bawah kepemimpinan Imam Mahdi, harta dan harga diri dilindungi dari setiap tindakan lalim.
Salah satu parameter ekonomi dalam perintahan Imam Mahdi adalah pembangunan. Tidak diragukan lagi, pembangunan berkaitan erat dengan pertumbuhan tingkat ilmu pengetahuan di masyarakat sebagai perangkat penting dalam mewujudkan kemajuan di berbagai sektor. Demikian pula, para ahli yang juga menjadi parameter pembangunan di era pemerintahan Imam Mahdi meningkat pesat dari sisi kualitas dan kuantitasnya.
Islam menekankan keutamaan menuntut ilmu, dan faktor ini menjadi salah satu karakteristik pemerintahan Imam Mahdi. Perhatian yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan terjadinya kemajuan di berbagai bidang dari eksakta hingga ilmu agama. Ilmu dan pengetahuan di era Imam Mahdi menjadi faktor yang memudahkan manusia mendapatkan karunia Allah. Berkat kemajuan ilmu dan pengetahuan yang didampingi dengan bimbingan moralitas dan agama, akan terwujud kesejahteraan pada tingkat tertinggi. Imam Baqir berkata, "Ketika al-Mahdi bangkit, akal manusia menyempurna, pemahaman mereka meningkat mencapai kesempurnaan." (Bihar al-Anwar jilid 52 hal 328)
Lompatan perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan kemajuan teknologi yang ramah lingkungan serta produksi yang efisiensi dan efektifitas. Lebih penting dari itu, pengetahuan mampu menekan tingkat kerusakan seminimal mungkin. Dengan demikian dalam permerintahan di era Imam Mahdi, rasionalitas sains dan teknologi berdampingan dengan penghambaan kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan moralitas. Tanpa bimbingan agama dan moralitas, teknologi yang merupakan produk manusia menjadi pemicu bencana kemanusiaan seperti yang terjadi di era industrialisasi dewasa ini.
Pada pemerintahan Imam Mahdi manusia berada dalam bimbingan ilahi lewat kepemimpinan manusia pilihan Tuhan itu. Imam Shadiq berkata,"Ilmu memiliki 27 bagian. Sebelum kemunculan Imam Mahdi hanya dua yang dipelajari, dan diterapkan, sisanya 25 bagian lainnya baru terbuka di era pemerintahan Imam Mahdi."(Bihal al-Anwar jilid 52 hal.336)
Pertumbuhan rasionalitas bersama dengan pendidikan moral akan membekali masyarakat dengan kedewasaan mengelola dunia di bawah kepemimpinan ilahi. Kedewasaan dan kesadaran masyarakat itu dibuktikan di berbagai segi dengan penerapan sejumlah variabel. Di bidang ekonomi misalnya, keadilan ekonomi dalam masyarakat didasarkan pada empat variabel utama yaitu, pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, pengurangan tingkat kesenjangan sosial, pengentasan kemiskinan dan konsumsi dalam batas kewajaran.
Variabel pembangunan yang berkelanjutan dalam pertumbuhan ekonomi dicapai dengan meningkatkan tingkat kepuasan individu dan masyarakat terhadap fasilitas publik dan layanan pemerintah serta peningkatan kualitas hidup. Sebagaimana sabda Rasulullah, pada masa pemerintahan Imam Mahdi manusia memperoleh karunia Allah yang tidak mereka peroleh sebelumnya.
Variabel kedua adalah pengurangan tingkat kesenjangan sosial yang bermakna mengikis segala bentuk ketidakadilan ekonomi di tingkat nasional dan internasional. Berbeda dengan kondisi saat ini, dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa pada pemerintahan Imam Mahdi keadilan ditegakkan hingga tidak ada lagi diskriminasi dan kezaliman. Semua orang mendapat sesuai haknya. Imam Baqir berkata, "Di era pemerintahan al-Mahdi, keadilan ditegakkan secara penuh di seluruh sektor hingga tidak ada lagi diskriminasi atas baitul mal dan hak setiap orang dipenuhi."(Bihal al-Anwar jilid 52 hal 351)
Pemerintahan di masa Imam Mahdi secara total akan mengentaskan kemiskinan hingga ke akar-akarnya. Secara umum, jalan yang dilakukan dengan memanfaatkan dua faktor utama. Di satu sisi, modal material yang sangat besar dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Di sisi lain, adanya potensi dan fasilitas yang pergunakan dan didistribusikan secara adil. Faktor tersebut menyebabkan hilangnya sikap tamak dalam dari masyarakat. Imam Baqir berkata,"Pembayar zakat kesulitan membayarkan zakatnya, karena mustahiq zakat pun mengatakan, kami tidak membutuhkan bantuanmu."(Bihal al-Anwar jilid 52 hal.347)
Islam memandang keadilan ekonomi tidak akan terwujud, jika variabel pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pengurangan kesenjangan sosial terwujud tidak disertai dengan konsumsi yang seimbang. Sebab, budaya hedonisme menyebabkan kesenjangan sosial di tengah masyarakat dan perlombaan menumpuk harta dan kemewahan.
Pemerintahan al-Mahdi memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan yang selama ini disamarkan oleh mesin-mesin propaganda industri modern. Pada masa kemunculan Imam Mahdi, para penimbun harta, orang-orang rakus yang menyebabkan terjadinya kezaliman di muka bumi diperangi dan dimusnahkan hingga ke akar-akarnya. Apa yang terjadi di era pemerintahan al-Mahdi adalah janji Allah Swt yang dinyatakan berulangkali dalam al-Quran bahwa Allah akan memberikan anugerah yang melimpah berupa kehidupan yang aman, tenteram dan sentosa kepada mukmin yang beramal soleh. Inilah periode yang kita nanti-nantikan.
0 comments:
Post a Comment